Curhat Lampu Merah Gokil 2

Kembali lagi bersamaku si lampu merah ganteng yang nongkrong di Simpang 4 Pasar Kasang. Masih ingatkan? Ada banyak kejadian-kejadian aneh yang aku alami sampai-sampai aku lupa harus cerita yang mana lebih dahulu. Beberapa kejadian bahkan membuat aku ingin berteriak kepada orang-orang yang lewat untuk memindahkan aku ke lokasi lain yang menurutku akan lebih nyaman, di dekat taman misalnya atau di depan kafe.

     Beberapa hari menjelang lebaran Idul Adha, pasar Kasang yang terletak persis di sebelah persimpangan tempat ku berdiri yang biasanya tidak terlalu ramai mendadak menjadi lebih hidup karena banyak pedagang dadakan yang biasanya tak berjualan ikut berpartisipasi mengais rejeki. Kebanyakan dari mereka menjual kebutuhan untuk merayakan hari raya seperti, sarang ketupat, bumbu-bumbu, dan tentu saja daging. yang kusebut terakhir inilah yang menjadi tantanganku dan teman-temanku yang lain. Satu minggu sebelum lebaran tiba, para pedagang daging musiman mulai berdatangan ke pasar Kasang secara berkelompok. Daging yang mereka bawa ke pasar masih dalam keadaan hidup alias belum disembelih karena akan terlalu dini jika mereka harus menyembelih hewan-hewan itu beberapa hari sebelum lebaran. Situasi inilah yang meninggalkan pengalaman yang tak terlupakan olehku.

     Para pedagang sapi dan kambing yang datang ke pasar Kasang harus mencari lokasi strategis untuk membuat kandang darurat bagi hewan ternak yang akan mereka jual. Para pedagang ini menjadi begitu kreatif membangun kandang-kandang itu. Mereka menyulap kayu dan atap rumbia sederhana menjadi istana nyaman buat kambing dan sapi mereka. Untuk kreatifitas itu aku harus angkat topi, kebetulan aku memang punya topi kecil penutup ketiga lampuku. Tapi satu hal yang membangkitkan amarahku adalah lokasi yang mereka pilih untuk mendirikan kandang-kandang tersebut. Mereka dengan seenaknya mendirikan kandang- kandang itu persis di dekat persimpangan yang jelas-jelas adalah daerah kekuasaanku dan teman-temanku. Aku masih beruntung karena berdiri di tengah dua ruas jalan sehingga tidak mungkin para pedang itu mendirikan kandang kambing di tengah jalan. Tapi dua temanku benar-benar kurang beruntung. Mereka berdiri persis di sebelah tanah kosong berumput yang merupaka lokasi paling strategis bagi para kambing dan sapi bersantai ria.

     Hal pertama yang membuat teman-temanku mengumpat setiap saat yang hanya bisa didengar olehku dan teman-temanku yang lain adalah bau kotoran kecil dan besar yang diproduksi oleh kambing dan sapi itu membuat kami semua tidak bisa lagi menikmati udara segar. Para pemilik ternak tidak sedikitpun berinisiatif untuk membersihkan kandang-kandang itu mungkin dengan alasan  mereka tidak akan berlama-lama di situ. Tapi sungguh kasihan teman-temanku yang paling dekat dengan kandang-kandang itu. Sangking marahnya mereka, terkadang mereka menghidupkan lampu hijau, merah, dan kuning mereka sesuka hati mereka. Ketika aku menyalakan lampu hijauku yang otomatis memberikan kesempatan para pengendara melaju, temanku di sisi lain juga menyalakan lampu hijaunya sehingga kendaraan di sisi mereka juga melaju yang membuat kecelakaan hampir selalu terjadi dalam beberapa hari ini.

     Suatu malam, ketika kami sudah mulai terlelap dalam keheningan malam, tiba-tiba seekor sapi terlepas dari kandangnya dan berjalan bingung ke arahku. teman-temanku berteriak kepadaku untuk memainkan ketiga lampuku agar sapi itu menjauh dariku. Akupun mengikuti saran teman-temanku. Tapi alih-alih membuat sapi itu menjauh, justru dia semakin tertarik mendekatiku. Mungkin dikiranya aku adalah mahluk cantik lawan jenisnya yang berusaha menarik perhatiannya dengan bermain mata. Sapi itupun semakin mendekatiku dan berada persis di sampingku. Perasaanku semakin tidak karuan antara takut dan risih. Sebelum aku bisa berpikir lebih lama, si sapi itu menggesek-gesekkan tubuhnya ke tubuhku, aku langsung berteriak sekeras-kerasnya agar dia menjauh dan tidak hanya sampai disitu, tiba-tiba sapi itu mengencingiku dan membuang hajat di bagian bawah tubuhku yang seketika menjadi hangat, basah, dan bau. Teman-temanku tergelak setengah mati sementara aku hanya bisa terdiam sembari memanjatkan do’a terdalam agar hujan segera turun.

Leave a comment